Senin, 29 November 2021

#edi_gunaw4n Evaluasi kunci belajar bukan buat Frustasi murid


Evaluasi pembelajaran menjadi salah satu kunci untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang telah dirumuskan oleh guru. Namun, kesalahan tanpa disadari oleh guru dalam evaluasi pembelajaran, bisa membuat siswa frustrasi. Apa saja kesalahan guru dalam tahap evaluasi? Berikut penjelasannya.


1. Memberikan tambahan soal bagi siswa yang tidak paham

Seringkali guru beranggapan jika siswa yang tidak paham materi harus diberi soal materi yang melampui kemampuan. Remidial menjadi jalan jitu bagi guru untuk memberikan pemahaman kepada siswa yang belum paham.


Sejujurnya cara ini kurang tepat, karena pemberian soal materi membuat siswa makin frustrasi dan makin membenci materi. Pemberian soal materi secara terus-menerus, tidak membuat siswa memahami konsep dasar dari materi tersebut. Jika siswa tidak memahami konsep dasarnya, bagaimana siswa dapat mengerjakan soal di tingkat berikutnya?


2. Anggapan semakin drilling, semakin siswa paham

Anggapan jika metode drilling dilakukan, siswa makin paham. Bisa jadi cara ini kurang tepat jika tidak dilakukan dengan bijak.


Metode drilling sendiri adalah kegiatan belajar dengan pengulangan yang berkali-kali yang bertujuan sebagai latihan bagi siswa supaya bisa meningkat pemahaman dan keterampilan siswa. Tapi perlu diingat, metode drilling bisa membuat siswa jenuh dan bosan selama proses pembelajaran karena kegiatan yang berulang-ulang

Metode drilling dengan pengerjaan soal, seringkali tidak diimbangi dengan pembahasan soal yang mendalam hanya sekedar mencocokkan. Hal tersebut bisa membuat siswa hanya mengetahui jawaban benar dan salah, tanpa memahami konsep secara mendalam.


3. Mengabaikan penilaian formatif

Penting tapi sering terabaikan dalam proses pembelajaran yakni penilain formatif dengan memberikan umpan balik. Tidak adanya umpan balik terhadap pekerjaan tugas yang telah dikerjakan.  Membuat siswa merasa sia-sia telah mengerjakan tugas dan menimbulkan kebosanan dalam belajarnya.


Perlu diingat, memberikan umpan balik bukan sekedar memberi nilai tapi mengajak siswa untuk berefleksi diri.


4. Fokus pada penilaian akhir atau penilaian sumatif

Terlalu fokus pada penilaian sumatif, membuat guru melupakan penilaian diagnostik dan penilaian formatif (membuat guru hanya melihat hasilnya tanpa melihat proses siswa) karena terfokus pada performa prima dalam tes yang menggambarkan kompetensi dasar.

Padahal memberikan latihan soal-soal yang akan diteskan, ternyata tidak sepenuhnya dapat menggambarkan tercapainya Kompetensi Dasar. Mengapa kuis dan tes sumatif tidak sepenuhnya bisa mewakili kompetensi dasar yang dikuasai siswa? karena kemampuan dan gaya belajar siswa tidak sama.


Maka dari itu perlu memberikan penilaian sumatif yang komprehensif. Dengan menggunakan beragam jenis penilaian sumatif seperti portofolio, menulis jurnal, presentasi, dan kuis yang berupa pilihan ganda, jawaban pendek, menjodohkan, benar atau salah, respon pendek.Hal diatas bisa jadi refleksi untuk guru untuk terus memperbaiki evaluasi pembelajaran yang tepat dan bijak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar